BERITABAIK.ID - Belakangan, sedang ramai perbincangan soal Rumah Sakit (RS) Indonesia yang berada di Bayt Lahiya, Jalur Gaza, Palestina.
RS Indonesia tersebut mulai dibangun sejak tahun 2011 di tanah seluas 16.261 meter persegi. Tanah tersebut merupakan tanah wakaf dari pemerintah Palestina, sedangkan pembangunan rumah sakitnya dibangun dengan uang donasi masyarakat Tanah Air.
RS Indonesia ini dibangun sebagai bentuk solidaritas masyarakat Indonesia terhadap warga Palestina.
Ternyata pembangunan rumah sakit ini bukan yang mudah dilakukan. Pasalnya, membangun bangunan pelayanan masyarakat di daerah konflik butuh waktu yang tidak sedikit.
Lantas, bagaimana kisahnya sehingga Indonesia bisa memiliki rumah sakit di Palestina?
Berdirinya RS Indonesia di Jalur Gaza tidak bisa lepas dari peran Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), sebuah organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis.
Awalnya, pembangunan rumah sakit tersebut bermula saat mantan Menteri Kesehatan (Menkes), Siti Fadilah Supari ditawari tanah di Gaza oleh Menkes Palestina.
“Waktu itu saya masih menjabat Menteri Kesehatan. Palestina saat itu sedang dipimpin oleh Hamas. Nah, menteri Kesehatan Palestina berbisik pada saya, ‘Bu kalau saya kasih tanah di Gaza, bisa nggak Anda bikin rumah sakit?’,” kenang Siti Fadilah, seperti pada sebuah video TikTok unggahan @abidzarghifari.2020
Meskipun belum terbayang siapa yang siap mendirikan rumah sakit di Gaza, Saat itu Siti Fadilah optimis saja untuk mengiyakan.
Sepulangnya Siti Fadilah ke Indonesia, ia menghubungi founder MER-C, Joserizal Jurnalis. Seperti sebuah keajaiban, Joserizal langsung menyambut dengan puji syukur. Pasalnya dia memang memiliki cita-cita untuk membangun RS di Gaza, namun terhalang oleh kepemilikan tanah.
“Wah Jose tuh bersyukur, ternyata Joserizal itu bercita-cita membuat rumah sakit di Gaza, tapi dia memikirkan bagaimana cara mendapatkan tanah di sana. Padahal saya sama Jose tidak pernah ngomongin tentang rumah sakit di Gaza nah itu aneh itu, keanehan Tuhan menurut saya,” kata Siti Fadilah.
Usai mendengar kabar baik tersebut, Joserizal dengan semangat mencari dana dari rakyat Indonesia.
Iran sempat menawarkan uang pembangunan rumah sakit, namun Joserizal menolak. Karena rumah sakit ini milik Indonesia dan harus didanai dari uang rakyat Indonesia.
Upaya pencarian dana pun dilakukan. Dana berasal dari sumbangan masyarakat Islam, dari pengajian ke pengajian. Ada pun para donatur besar yang turut menyumbang untuk berdirinya rumah sakit ini.
RS Indonesia di Gaza ini menelan dana sekitar Rp 126 miliar. Sebenarnya perencanaannya sudah ada sejak tahun 2009. Namun, pembangunan fisik baru bisa dimulai pada Mei 2011.
Saat terjadi dua peperangan besar tahun 2013 dan 2014, pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza tetap berjalan.
Akhirnya, pada 27 Desember 2015 rumah sakit ini resmi beroperasi. Walau begitu, peresmiannya baru dilakukan pada 9 Januari 2016 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Saat ini RS Indonesia di Gaza tersebut sepenuhnya menjadi otoritas Palestina. Namun dalam beberapa kesempatan masih ada relawan dari Indonesia yang bertugas di rumah sakit tersebut.
Editor : Nadiana Tsamratul Fuadah