BERITABAIK.ID - TemanBaik pernah merasa sulit fokus melakukan sesuatu dan mudah terdistraksi? Hal itu bisa jadi dikarenakan kegiatan yang sedang dilakukan dianggap “kurang menarik” oleh otak. Kondisi otak yang terus menerus mendapatkan hormon dopamin, akan menuntut pada sesuatu yang lebih menarik atau lebih membahagiakan.
Hormon dopamin disebut juga dengan hormon bahagia. Melansir dari Medical News Today, dopamin adalah sejenis neurotransmitter di dalam otak yang secara alami diproduksi oleh tubuh sebagai pembawa pesan kimiawi. Dopamin mempengaruhi banyak fungsi perilaku dan fisik, termasuk kemampuan belajar, motivasi, tidur, suasana hati, hingga fokus terhadap sesuatu.
Kadar dopamin bisa meningkat saat berolahraga, makan makanan lezat, bermain gim, atau menonton hiburan. Hormon dopamin tentu tidak bisa hilang dari tubuh dan normal jika dimiliki dalam standar yang cukup. Namun jika kadarnya berlebihan, ini dapat memicu perilaku stress hingga depresi.
Lantas, apakah itu dopamine detox?
Membahas dopamine detox di zaman sekarang, tidak bisa lepas dengan adiksi gawai, bermain gim, dan media sosial. Stress dan sulit fokus rawan terjadi bagi para pecandu gawai. Jika memiliki screen time yang tinggi, gelisah mendengar notifikasi dari ponsel pintar, atau sudah kesulitan fokus karena hal-hal tersebut, melakukan dopamine detox mungkin dapat membantu.
Dopamine detox atau detoksifikasi dopamin adalah mengurangi kadar dopamin yang berlebihan dalam tubuh, sehingga bisa meningkatkan kembali kesadaran diri dalam melakukan sesuatu. Dengan begitu, hal tersebut mampu mengurangi serta mencegah kecanduan yang dapat menimbulkan efek negatif pada kesehatan.
Meski begitu, melansir dari Klikdokter, mengurangi dopamin di otak ini menimbulkan reaksi pro dan kontra. Dokter Peter Grinspoon, seorang pengajar di Harvard Medical School termasuk orang yang tidak setuju dengan puasa dopamin.
Menurutnya, dopamin adalah zat kimia yang memang ada di dalam tubuh. Menghindari aktivitas yang merangsang peningkatan dopamin, tidak bisa menurunkan kadar dopamin dalam tubuh. Sehingga secara istilah, dopamine detox tidak mungkin dilakukan.
Namun menghindari kegiatan yang membuat kecanduan dapat memiliki pengaruh positif dan memiliki manfaat tersendiri. Selama detoks berlangsung, seseorang akan menghindari pemicu dopamin untuk jangka waktu tertentu–mulai dari satu jam hingga beberapa hari. Dalam hal ini pemicu dopamin adalah gawai, gim, ataupun media sosial.
Idealnya, pada akhir detoks, seseorang akan merasa lebih terpusat, seimbang, dan tidak terlalu terpengaruh oleh pemicu dopamin yang biasa mereka alami.
Bagaimana cara melakukannya?
1. Membuat batasan
Jika masalahnya ada pada kecanduan gawai, maka harus berdisiplin memberi batasan pada seberapa lama memegang gawai tentu akan membantu. Buatlah waktu disiplin dalam membuka gawai. Coba matikan notifikasi untuk beberapa media sosial dan belajar untuk menghindari memegang gawai setiap saat.
2. Carilah alternatif kegiatan lain
Selama detoksifikasi berlangsung, coba untuk mencari kesibukan dan kesenangan dari hal-hal lain. Lakukanlah kegiatan yang lebih produktif dan bermanfaat tanpa memegang gawai. Cari kesibukan dan hobi lain seperti menggambar, bermain musik, menjahit, atau menyulam.
3. Tingkatkan kesadaran terhadap sekitar
Terlalu lama di dunia maya mungkin akan membuat kesadaran terhadap dunia nyata menurun. Maka cobalah untuk peka terhadap sekitar. Cobalah untuk mindfull atau sadar sepenuhnya dengan apa yang terjadi di dunia nyata.
Nikmatilah dunia realitas dengan bercengkrama dengan orang terdekat, memperhatikan kegiatan di luar rumah, bermain dengan hewan peliharaan, atau memelihara tanaman.
Editor : Nadiana Tsamratul Fuadah