• Kamis, 29 September 2022

Mengenal Keunikan Arsitektur Masjid Tuo Kayu Jao Sumatra Barat

- Sabtu, 7 Mei 2022 | 10:56 WIB
(dok. Wikimedia.org/Hermadiyansyah Putra St Bagindo )

TemanBaik, khususnya bagi kamu yang tinggal di Kabupaten Solok, Sumatra Barat, tentu sudah familier dengan masjid yang satu ini. Namanya Masjid Tuo Kayu Jao, yang merupakan saksi sejarah perkembangan syiar Islam di Sumatra Barat. Masjid ini juga merupakan salah satu yang tertua di Nusantara.

Masjid Tuo Kayu Jao berlokasi di Kampung Kayu Jao, Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Dari pusat Kota Padang, masjid ini dapat ditempuh dengan perjalanan selama 1,5 jam.

Lokasinya berada di perbukitan hijau yang sejuk, 1.152 meter di atas permukaan laut. Masjid ini  berdekatan dengan perkebunan teh di sebuah lembah kecil sehingga membuat Masjid Tuo Kayu Jao seperti dibentengi perbukitan.

Sebuah sungai kecil dengan aliran dari mata air alam berada di sisi timur hingga melingkar ke selatan masjid. Aliran dari mata air alami ini dijadikan sumber wudu bagi para jamaah ketika akan menunaikan salat lima waktu. Tempat berwudunya berada di sisi selatan masjid.

Di halaman sisi timur, terdapat beduk atau tabuah dalam bahasa setempat yang telah diberi bangunan cungkup pelindung dengan tiang kayu dan atap ijuk. Beduk ini sudah ada sejak masjid didirikan. Sedangkan pada arah kiblat masjid terdapat sebuah makam para pendiri masjid.

Baca Juga: Kenalkan Destinasi Wisata, Vietnam Gelar 'Hanoi Tourism Festival 2022'

Dilansir dari situs web Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumbar di website Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, masjid didirikan oleh dua tokoh ulama di Solok, Angku Masyhur dan Angku Labai pada tahun 1567. Mereka dibantu oleh masyarakat tiga nagari yaitu Kayu Aro, Kayu Jao, dan Lubuk Selasih.

Salah satu keturunan pendiri masjid yaitu Pendri Agusmal Rianto menyebut angka 1419 Masehi sebagai awal pembangunan. Angku Masyhur dikenal sebagai imam bersuara merdu ketika melantunkan ayat-ayat suci Alquran dalam bacaan salatnya sehingga banyak dikagumi orang. Angku Labai kerap bertindak sebagai bilal atau pelantun azan penanda masuknya waktu salat.

Seperti halnya Angku Masyhur, suara Angku Labai pun terbilang nyaring dan merdu saat melantunkan azan. Sehingga, orang yang mendengarnya tertarik untuk datang dan melaksanakan ibadah salat bersama di masjid itu.

Bangunan masjid memadukan ciri Islam dengan corak Minangkabau yang sangat kental. Atapnya yang bersusun tiga tingkat melambangkan tiga tungku sajorangan yang dalam budaya Minangkabau merupakan alim ulama, ninik mamak, dan kelompok cerdik pandai.

Pada puncak atap berbentuk limas yang di ujungnya diberi mestaka ini ditutupi anyaman ijuk setebal 15 sentimeter dan disusun pada kerangka bambu. Bentuk atap masjid sedikit cekung, dimaksudkan untuk mempercepat aliran air hujan menuju ke bawah. Sayangnya pada beberapa sisi atap ijuk sudah ditumbuhi lumut dan semak kecil.

Pada tiap bagian atap susun diberi pembatas dengan hiasan ukiran terawangan tembus bermotif geometris. Pembatas berukir ini dimanfaatkan juga sebagai ventilasi udara dan jalur masuk cahaya ke dalam masjid. Antara satu tingkat atap dan lainnya ada dua ukiran lingkaran seperti roda.

Halaman:

Editor: Irfan Nasution

Sumber: Indonesia.go.id, Kemendikbud

Tags

Artikel Terkait

Terkini

'Cihapit Records', Surganya Para Pemburu Kaset Pita

Senin, 5 September 2022 | 15:21 WIB

Pengembangan Wisata Jabar Selatan akan Libatkan BUMDes

Minggu, 28 Agustus 2022 | 18:37 WIB
X