TemanBaik, perkawinan anak usia dini memiliki banyak dampak buruk bagi perempuan. Dari mulai kesehatan reproduksi hingga ekonomi. Mirisnya, di Indonesia angka pernikahan dini cukup besar.
Melansir dari katadata.com Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama mencatat ada 34 ribu permohonan dispensasi kawin sepanjang Januari-Juni 2020. 97% di antaranya dikabulkan, dan 60% yang mengajukan adalah anak di bawah 18 tahun. Jumlah tersebut naik dibandingkan 2019 yang hanya 23.700 permohonan saja.
Hal tersebut juga yang menjadi kepedulian dan keresahan seorang perempuan berusia 20 tahun asal Desa Nggolonio, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, bernama Telkania Eta yang dalam kesempatan kali ini berbagi cerita kepada beritabaik.id
Telkania Eta atau yang kerap disapa Eka ini punya kepedulian terhadap isu perkawinan dini/anak. Ia punya mimpi untuk mengubah nasib anak-anak perempuan di sekitarnya, terutama di daerah kelahirannya.
Salah satu cara untuk mewujudkan mimpinya tersebut, ia tempuh dengan menjadi salah satu staf dari Youth Advisory Panel (YAP) Plan daerah Nagekeo. YAP adalah organisasi kemanusian yang berfokus pada pengembangan dan kepentingan hak-hak anak perempuan dan kesetaraan gender.
Selain menjadi salah satu staf di YAP Nagekeo, Eka juga tengah menimba ilmu di salah satu kampus di Bali, dengan mengambil jurusan Teknik Elektromedik. Meskipun dengan aktivitas kampus dan kegiatan luar kampus yang padat, Eka masih bisa membagi waktunya untuk kegiatan sosial yang telah dijalankannya selama kurang lebih 5 tahun belakangan ini.
Eka juga terjun langsung dalam pemberian pendidikan anak-anak desa tentang perkawinan pada anak usia dini. Salah satu caranya adalah dengan membuat beberapa kampanye gerakan ‘Setop Nikah Muda’. Sebelumnya, Eka juga mengikuti forum anak Nagekeo dan Forum anak Desa Nggolonio di tempat tinggalnya.
"Awalnya saya mengikuti kegiatan forum anak Desa Nggolonio pada tahun 2016, saat itu saya hanya menjadi anggota saja, awalnya ikut-ikut saja karena saya melihat forum anak desa ini sangat bagus karena kita dapat mengikuti kegiatan-kegiatan desa dengan teman-teman di kampung," Ujar Eka.
Ia bercerita, perjalanannya menjadi anggota YAP Plan Daerah Nagekeo berawal pada tahun 2017, saat dirinya mengikuti pemilihan forum anak Nagekeo. Dirinya terpilih menjadi salah satu perwakilan anak desa Nggolonio yang akan bergabung dengan Forum Anak Kabupaten Nagekeo.
Bergabung bersama Forum Anak Kabupaten menjadi kebanggaan sekaligus tantangan sendiri untuk Eka. Di sana ia bertemu dengan anak-anak di Kota/Kabupaten lainnya yang memiliki banyak keuunggulan dalam beberapa bidang. Namun, hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi dirinya.
"Awalnya merasa sedikit tertinggal dan tidak percaya diri, namun saya sadar akan mimpi dan tekad untuk mengubah pandangan orang muda atau anak perempuan yang ingin menikah muda agar berpikir lebih jauh lagi tentang hal ini, tentang dampak yang ditimbulkan dari nikah muda dan lainnya maka seketika semangat itu hadir lagi dan saya maju sampai saat ini," ucap Eka.
Menurut Eka, ada hak anak yang perlu dikembangkan, antara lain hak untuk hidup, tumbuh kembang, perlindungan, dan hak partisipasi. Menurut Eka hak-hak anak ini biasanya kita dapatkan saat berada dibangku sekolah dan beberapa di antaranya pelajaran tentang hak anak hanya didapatkan saat kita mengikuti kegiatan-kegiatan diluar sekolah yang mengangkat tema atau topik tentang anak perempuan. Eka dan teman-temannya pun akhirnya membuat sebuah kegiatan tentang bagaimana cara mengembangkan hak-hak anak di daerah Nagekeo.
Pada saat SMA, Eka bergabung dengan YAP Plan daerah Nagekeo. Saat itu dirinya aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang konsen terhadap isu anak. YAP Plan sendiri pada saat itu membuat sebuah program kerja di 44 desa yang ada di Kabupaten Nagekeo.
Bentuk kegiatan yang dilakukan berupa sosialisasi tentang hak anak, kesetaraan gender, serta sosialisasi tentang perkawinan anak. Ia dan staf lainnya pun ikut bergabung dengan kegiatan tersebut.
Artikel Terkait
Kisah Mufid Merawat Asa, tak Ingin Daluang Sekadar Jadi Cerita
Darmanto, Cintanya pada Konservasi & Dedikasi untuk Kegiatan Kemanusiaan
Suar Disabilitas, Media Inklusif dan Ramah untuk Teman Disabilitas
Cerita Dimas Pandawa, Dirikan Sekolah Budaya untuk Lahirkan Pemimpin Muda
Gotong Royong untuk Flobamora, Orang Muda NTT Bersatu Hadapi Krisis Iklim