• Selasa, 27 September 2022

Cerita Dimas Pandawa, Dirikan Sekolah Budaya untuk Lahirkan Pemimpin Muda

- Minggu, 24 April 2022 | 11:17 WIB
 (dok. Sekolah Budaya)
(dok. Sekolah Budaya)

TemanBaik, bicara tentang orang-orang yang menginspirasi rasanya tidak akan pernah habisnya. Salah satunya adalah Dimas Pandawa, salah seorang pendiri sekolah budaya Desa Banjarsari.

Di usianya yang tergolong muda yakni 20 tahun, dirinya sudah berpikir untuk menjadikan Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang melahirkan generasi-generasi muda yang dapat menjadi pemimpin untuk Indonesia Emas di 2045 nantinya.

Ketika mendengar tentang sekolah budaya, tentu kita langsung tertuju pada sebuah seni budaya, atau sejarah sejarah dan lainnya. Namun, sekolah budaya yang didirikan Dimas ini sedikit berbeda dengan apa yang ada di pikiran kita.

Sekolah budaya yang dibangun Dimas adalah sebuah sekolah yang mengajarkan anak-anak tentang kebudayaan luhur atau nilai-nilai dasar tentang kepribadian seperti sopan santun, etika dan tata krama dalam kehidupan moral anak, sehingga anak tidak hanya belajar tentang kesenian dan kebudayaan semata.

"Awalnya saya mengikuti kegiatan duta inspirasi Jawa Barat, kebetulan dalam kegiatan tersebut saya dan teman-teman membuat sebuah proyek dimana kami harus memberikan sesuatu untuk Jawa Barat dan dapat terus berlanjut, mulai dari situ saya berpikir untuk mendirikan sekolah budaya ini pada tahun 2021," ujar Dimas kepada beritabaik.id.

Mulai dari situlah Dimas terpikirkan untuk melanjutkan proyek tersebut agar tidak berhenti ketika dirinya mengikuti kegiatan pemilihan duta inspirasi Jawa Barat. Selain itu, kepada beritabaik, Dimas menceritakan hal lain yang membuat dirinya melanjutkan program yang ia susun saat mengikuti kegiatan tersebut.

Hal lain tersebut adalah bagaimana dirinya mulai mengenal kata "marginal" atau terpinggirkan. Satu kata yang mengubah pandangan Dimas bahwa masih banyak daerah-daerah yang masuk dalam kawasan yang termarginalkan, kurang terekspos, dan masih banyak juga anak-anak yang tertinggal dari segi pengetahuan dan teknologi.

(dok.Prbadi/Dimas Pandawa)
mN

Oleh karena itu semangat membangun sekolah budaya ini ia lakukan di Desa Banjarsari. Selain menurut dirinya desa ini masih tertinggal dari segi pengetahuan anak dan kemampuan anak menguasai teknologi, ia pun pernah mengabdikan diri untuk mengajar di desa ini selama tiga tahun lamanya. Faktor-faktor inilah yang membuat dirinya membangun sekolah di Desa Banjarsari.

Memiliki 7 Kurikulum Sekolah
Sekolah budaya ini memiliki kurikulum yang menjadi ciri khas yang membedakan sekolah budaya dan sekolah lainnya.Kurikulumt ersebut ia susun bersama teman-teman pengurus lainnya. Ketujuh kurikulum tersebut meliputi, sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem teknologi, sistem ekonomi, sistem budaya, dan sistem religi.

Dalam sistem bahasa anak-anak usia sekolah diajarkan bagaimana berbahasa dengan baik dan benar menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan untuk sistem pengetahuan anak-anak dikenalkan pada pengetahuan mengenai pengetahuan umum yang berkaitan dengan hari besar nasional dan internasional.

"Pada saat Isra Mikraj tahun kemarin saya dan teman-teman pengurus memperkenalkan kepada anak-anak desa mengenai Isra Mikraj dan hal apa saja yang biasanya dapat kita pelajari dari peringatan ini, hal ini tentunya tidak hanya Isra Mikraj tetapi berlaku juga untuk perayaan-perayaan lain," tutur Dimas.

Baca Juga: Suar Disabilitas, Media Inklusif dan Ramah untuk Teman Disabilitas

Sistem budaya anak-anak dikenalkan pada budaya setempat yang mulai dilupakan, begitu pula dengan teknologi, ekonomi dan religi anak-anak diajak untuk mengetahui lebih dalam tentang bidang-bidang tersebut. Tentu saja sebelum mengajarkan anak-anak Dimas dan kawan-kawan terlebih dahulu mengetahui tentang materi yang dibawakan dan menyiapkan materi tersebut dengan baik.

Memiliki lebih dari 100 orang murid
Sejauh ini sekolah budaya telah memiliki lebih dari 100 orang murid yang terdiri dari anak-anak di desa Banjarsari. Untuk pengajar atau fasilitator sendiri awalnya terdiri dari 9 orang pengurus inti. Kemudian seiring berjalannya waktu Dimas melakukan perekrutan bagi siapa saja yang berkeinginan menjadi pengajar di sekolah Budaya ini.

Halaman:

Editor: Irfan Nasution

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X