Berita baik datang bagi dunia perfilman Indonesia. Film 'Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas' mendapat penghargaan Golden Leopard (Leopard Emas) dalam Festival Film Locarno yang digelar di Locarno, Swiss, pada 4-14 Agustus 2021.
Golden Leopard merupakan hadiah tertinggi di festival film yang telah diselenggarakan selama 74 tahun ini. Dalam keterangan resmi yang diterima Beritabaik.id, film ini menerima banyak pujian pada pemutaran perdana di Locarno, 9 Agustus silam. Jay Weissberg dari Variety menyebut film ini sebagai ode untuk sinema Asia Tenggara era 1980-an yang dirancang sebagai kritik atas toxic masculinity.
Hadir di bawah besutan Edwin sebagai sutradara, film adaptasi novel Eka Kurniawan ini bercerita tentang Ajo Kawir (diperankan Marthino Lio), seorang laki-laki yang mengamuk karena rahasia akan ‘ketidakberdayaannya’. Ajo Kawir diceritakan memiliki kesempatan menemukan kebahagiaan ketika jatuh cinta dengan pejuang wanita tangguh bernama Iteung.
Dalam pidato kemenangannya, produser Mohammad Zaidy menyebut prestasi film ‘Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas’ merupakan kemenangan untuk sinema Asia Tenggara. Sementara itu, Edwin sang sutradara, menyebut dirinya merasa terhubung dengan seluruh kawasan Asia Tenggara karena memiliki semangat dan pada bersamaan menghadapi masalah yang sama.
"Anda tahu kami memiliki sensor, kami memiliki kekerasan di sana-sini. Dan bahkan di masa yang sangat sulit ini, kita dapat menemukan energi dan semua semangat yang dapat menyatukan kita, menjaga kita bersama dan merayakan diri kita sendiri, dan pada saat yang sama mengkritik dan mencari tahu apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah kita melalui sinema," ungkap Edwin lewat keterangan resminya.
Baca Ini Juga Yuk: Menyingkap Kesadaran Magis Lewat Esai Sinema 'Ghost Like Us'
Tiga Film Wakil Indonesia
Selain 'Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas', ada tiga film yang mewakili Indonesia dalam festival ini. Sebut saja 'Dear To Me', film yang disutradarai Monica Vanesa Tedja) dan 'Whether the Weather Is Fine' yang disutradarai Carlo Farancisco Manatad dengan melibatkan Yulia Evina Bhara sebagai co-produser.
'Dear to Me' menceritakan kisah warga negara Indonesia bernama Tim (27 tahun) yang berlibur bersama orang tuanya di sebuah pulau terpencil. Di pulau itu, penduduknya percaya melihat rusa adalah tanda bertemu jodoh.
Tim sebagai pemuda lajang berharap diam-diam dapat melihat rusa yang dimaksud. Harapannya agar orang tuanya bahagia ketika ia dapat menemukan jodoh. Film ini diputar pada kategori Locarno Open Doors.