• Sabtu, 26 November 2022

Cerita Amri, dari Jurnalis Foto hingga Jadi Petani

- Jumat, 22 Oktober 2021 | 13:00 WIB





Kegiatan bertani jadi pilihan seru yang bisa dijajal kaum muda. Ini dibuktikan mantan jurnalis foto Amri Rachman Dzulfikri. Bagaimana sih keseruannya menjalankan peran petani muda?

Menariknya, sebelum terjun menggeluti pertanian, Amri merupakan jurnalis foto. Kegiatan memotret bahkan sudah dilakoninya sejak kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung. Awalnya, ia menekuni fotografi pernikahan.

Usai lulus dari UIN, ia sempat menjajal profesi jurnalis foto di salah satu surat kabar di Bandung. Namun, perjalanannya bersama surat kabar tersebut relatif singkat. Masuk pada 2015, dua tahun setelahnya ia tertarik dengan bidang pertanian.

"Sebetulnya mah (awal jadi petani) karena lagi apply kerjaan di tempat baru. Cuma, saat itu karena belum ada panggilan, saya mengisi waktu dengan menanam jagung," ujar Amri di ladangnya, Desa Babakan Peuteuy, Kampung Cikopo, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung.

Siapa sangka, kegiatan yang awalnya dilakukan untuk mengisi waktu, justru kini jadi profesi utamanya. Namun di sisi lain, pria 31 tahun ini mengaku sudah tertarik bidang pertanian sejak remaja. Ia pernah mendaftar ke Fakultas Pertanian di Universita Padjadjaran (Unpad). Sayangnya, ia tak diterima di jurusan tersebut dan akhirnya menekuni fotografi jurnalistik terlebih dulu.

Memasuki 2021 merupakan tahun ketiga Amri menekuni profesi ini. Ya, setelah melewati berbagai proses adaptasi di tahun pertama, kini ia begitu menikmati profesi ini. Bahkan, ia tak menyesali keputusannya beralih dari orang kantoran menjadi petani.

Penyesuaian Waktu dan Relasi
Kendati singkat, pengalamannya berkantor banyak memengaruhi gaya Amri dalam mengelola lahan kolektif seluas 300 tumbak (sekitar 4.000 meter persegi) dan hidroponik sebanyak 300 lubang tanam. Layaknya berkantor, ia membuat jadwal harian dalam bertani. Berbagai adaptasi ia lakoni hingga akhirnya bertemu dengan pola kerja yang cocok.

"Sebetulnya kalau zaman ngantor itu enaknya ya gajian tiap bulan. Tapi enggak enaknya, kita enggak tenang kalau mau istirahat. Misalnya beres kerja jam 5 sore, malam itu (apalagi kalau jadwal piket) mau tidur enggak tenang. Kalau bertani mah, jam 9 malam juga udah ngantuk, pagi-pagi udah seger," bebernya.

Saban pagi, ia sudah terjun ke lahan dan menyiram sayuran. Saat ini, Amri fokus bercocok tanam dua komoditas sayur, yakni selada dan kangkung. Pukul enam hingga sembilan pagi adalah waktu tersibuknya karena disebut sebagai waktu terbaik merawat tanaman.

Halaman:

Editor: Oris Riswan Budiana

Tags

Terkini

X