TemanBaik, setiap manusia memiliki keunikan dan keahliannya masing-masing. Tidak ada manusia yang sempurna, namun tidak ada pula yang tidak bisa melakukan apa-apa. Termasuk teman disabilitas.
Dibalik kekurangan yang mereka miliki, justru ada keunikan dan potensi diri yang harus digali, termasuk teman disabilitas yang berada di lingkungan kampus agar lebih inklusif. Untuk bicara hal tersebut, kita akan berkenalan dengan Dr. Herlina Agustin, Sos.,M.T, dosen program studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran yang pendiri komunitas peduli disabilitas.
Perempuan yang akrab disapa Herlina ini menceritakan awal mula ia berinisiatif membangun komunitas peduli disabilitas di Fikom Unpad. Herlina sudah aktif menjadi dosen sejak 1994. Di tahun tersebut juga, ia mulai aktif mengikuti banyak kegiatan kemanusiaan. Hingga pada 2005 ia bergabung di Greenpeace dan melanjutkan pengalamannya di Profauna pada 2007 sebagai dewan penasihat.
Perjalanannya menjadi seorang dosen yang sering menangani mahasiswa dengan masalah kesehatan mental berawal ketika ia dihadapkan dengan mahasiswa bimbingannya yang bunuh diri pada 2007 silam. Penyebabnya adalah depresi yang dialami oleh mahasiswa tersebut dan tidak diketahui oleh orang sekitarnya.
"Seiring berjalannya waktu hingga pada 2015, saya bergabung dengan Komunitas Peduli Skizofrenia (KPSI), disitu saya banyak belajar bahwa disabilitas itu bukan hanya fisik, tetapi ada juga disabilitas intelektual atau memori, disabilitas mental, dan disabilitas sensorik," ujar Herlina.
Baca Juga: Hanya Perlu 'Selangkah' untuk Menjadi Lebih Baik
Ketika Herlina bergabung dengan KPSI, ia pernah ditugaskan membujuk Orang Dalam Gangguan Kejiwaan (ODGJ) untuk mengonsumsi obat. Menurutnya kita harus mengerti dengan orang disekitar kita terlepas dari latar belakang pekerjaan kita sebagai apa. Kita bisa menjadi bagian dari orang baik bagi orang-orang disekitar kita.
Herlina juga sering membantu mahasiswa yang mengalami gangguan kejiwaan, serta mahasiswa yang memiliki keterbatasan untuk beraktifitas di Fikom Unpad.
Dengan tekad belajar dan rasa ingin tahu yang besar, Herlina berniat untuk belajar bahasa isyarat pada tahun 2020. Ia berniat untuk menguasai bahasa isyarat karena menurutnya ini sangat penting ketika kita bertemu dengan teman Tuli.
Sejak saat itu, terbesit dalam pikirannya untuk membangun sebuah komunitas yang bergerak di bidang kemanusiaan, hingga pada November 2021 ia mendirikan sebuah komunitas yang bernama Kombinasi.
Kombinasi adalah akronim dari "Komunikasi Bina dan Aksi", sebuah komunitas yang bergerak di bidang kemanusiaan yang ada di Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad. Sejauh ini Kombinasi sendiri telah bekerja sama dengan Palang Merah Kota Bandung untuk melaksanakan gerakan donor darah bersama dengan teman-teman disabilitas yang ada di seputaran kota Bandung.
Selain bekerja sama dalam misi kemanusiaan Kombinasi pun termasuk dalam Komunitas peduli disabilitas di Fikom Unpad. Kombinasi aktif membahas seputar teman-teman disabilitas yang membutuhkan pertolongan.
Artikel Terkait
Cinta Kasih Buat Sesama dari YI Foundation
Menjadi Perempuan Hebat Berkaca dari Evertalks #12
Berjuang Demi Negara saat Natal
Hanya Perlu 'Selangkah' untuk Menjadi Lebih Baik